PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI SAWAH MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI DAN PENDAPATAN PETANI
Author : Key
Salah satu masalah di lokasi Laboratorium Agribisnis Kelurahan Rorotan adalah rendahnya produktivitas padi yang dihasilkan oleh petani, yaitu berkisar antara 4-4,5 ton per hektar GKP. Untuk meningkatkan produktivitas padi sawah pada program Primatani di lahan sawah semi intensif di Jakarta Utara diperlukan dukungan inovasi teknologi yang bersifat partisipatif sesuai dengan keinginan dan kemampuan petani serta kondisi spesifik lokasi di Kelurahan Rorotan, Jakarta Utara. Pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah (PTT) merupakan pendekatan secara menyeluruh dan tepat dalam rangka meningkatkan produktivitas padi dan pendapatan petani.
Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi sawah :
Meningkatkan hasil panen, kualitas beras dan pendapatan petani.
Mengurangi biaya usahatani padi sawah melalui penggunaan teknologi yang efektif dan efisien.
Menjaga kelestarian lingkungan.
Bagaimana melakukannya ?
Pilih varietas unggul baru yang ditanam pada petak usaha oleh BPTP atau Dinas Pertanian setempat.
Gunakan benih yang bersih dan bermutu, karena benih yang baik akan menghasilkan bibit yang sehat.
Jumlah benih : 15-20 kg/ha.
Masukkan benih ke dalam larutan 1 kg ZA dalam 3 liter air atau larutan 30 gram garam dalam 1 liter air dan buang benih yang mengapung.
Gunakan bibit berumur 15-20 hari sesudah sebar (bibit dengan 2-4 helai daun).
Tanam 2-3 bibit per rumpun.
Airi sawah sedalam 5 cm sampai menjelang pemberian pupuk dasar (7-10 hst). Waktu pemberian pupuk air macak-macak.
Satu hari setelah pemberian pupuk dasar, airi sawah kembali sedalam 5 cm, kemudian biarkan mengering dengan sendirinya (selama 5-6 hari). Setelah permukaan tanah agak retak, langsung sawah diairi kembali setinggi 5 cm.
Ulangi hal di atas sampai tanaman masuk stadia berbunga.
Mulai stadia berbunga airi tanaman terus menerus setinggi 5 cm.
Keringkan air sekitar 2 minggu menjelang panen.
Gunakan populasi tanaman yang optimum dengan :
Jarak tanaman sistem tegel 20 x 20 cm atau
Legowo 4 : 1 atau 2 : 1 sesuai dengan karakteristik varietas.
Pengairan berselang (untuk daerah dengan air irigasi terjamin) guna meningkatkan efisiensi penggunaan air dan menekan keracunan logam (misalnya keracunan besi).Pupuk dasar N, P, K :
Urea 50 – 75 kg/ha
SP36 dan KCl sesuai dengan status hara.
Pemupukan pertama atau basal dilakukan sebelum tanaman berumur 14 hari (sebelum 14 hst).
Beri urea sebanyak 75-100 kg/ha pada musim hasil rendah jika warna daun padi berada dibawah nilai kritis (skala 4).
Gunakan 1-2 t/ha pupuk organik atau pupuk kandang seperti : kompos, pupuk hijau, kotoran sapi atau ayam.
Gunakan bagan warna daun (BWD) untuk menentukan waktu memupuk urea berikutnya.
Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu
Varietas tahan
Manfaatkan musuh alami
Sanitasi
Pola tanam
Pengamatan berkala
Pestisida hanya bila diperlukan
Penyiangan menggunakan gosrok atau landak. Lakukan pada umur 10-15 hst dan 25-30 hst.
Panen pada umur tanaman yang tepat, yaitu jika 95% malai sudah menguning.
Gunakan sabit bergerigi.
Gunakan power thresther untuk mengurangi kehilangan hasil.